Skip to main content

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “S” UMUR 58 TAHUN DENGAN CKD

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. “S” UMUR 58 TAHUN DENGAN CKD
DI IRNA I RUANG II E RS. BHAYANGKARA LUMAJANG
PERIODE 21 JULI – 27 JULI 2013
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan I
Pembimbing Klinik      : Sumiyati, Amd. Kep.
Pembimbing Akademik         : Fika Wahyu Neri, S. ST., MMKes.


Disusun Oleh:
Nama        : Irma Afianti
NIM          : 104.12.072

AKADEMI KEBIDANAN SAKINAH PASURUAN
DI KABUPATEN LUMAJANG
Jl. Citarum, Suko - Jogoyudan
Telp. 085334812313 – 085334812314
Tahun Akademik 2012 / 2013
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. “S” UMUR 58 TAHUN DENGAN CKD
DI IRNA I RUANG II E RS. BHAYANGKARA LUMAJANG
PERIODE 21 JULI – 27 JULI 2013
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan I
Pembimbing Klinik      : Sumiyati, Amd. Kep.
Pembimbing Akademik         : Fika Wahyu Neri, S. ST., MMKes.


Disusun Oleh:
Nama        : Irma Afianti
NIM          : 104.12.072

AKADEMI KEBIDANAN SAKINAH PASURUAN
DI KABUPATEN LUMAJANG
Jl. Citarum, Suko - Jogoyudan
Telp. 085334812313 – 085334812314
Tahun Akademik 2012 / 2013
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik ini Telah Disetujuai oleh Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinik, di Lumajang pada:

Rabu, 21 Agustus 2013



                        Pembimbing Akademik                                   Pembimbing Klinik



Fika Wahyu Neri, S. ST., MMKes.                   Sumiyati, Amd. Kep.



Mengetahui
Koordinator Bagian Kurikulum Akademi Kebidanan Sakinah
Di Lumajang



Fika Wahyu Neri, S. ST., MMKes.



KATA PENGANTAR

            Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan  rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “S” Umur 58 Tahun DENGAN CKD di ruang IRNA I RUANG II E RS. Bhayangkara Lumajang”.
            Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan program Praktek Klinik Kebidanan I Akademi Kebidanan Sakinah di Lumajang. Terselesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan semua pihak, untuk itu penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Ibu Komisaris Polisi drg. Dwi Miyarsih MARS selaku Kepala Rumah Sakit di RS. Bhayangkara Lumajang.
2.      Ibu PENDA 1 dr. NI MD Gita Indra Yanthi selaku Wakil Kepala Rumah Sakit di RS. Bhayangkara Lumajang.
3.      Bapak Djohari Irianto, SE. selaku pengelola Akademi Kebidanan Sakinah dan Akademi Keperawatan Kosgoro di Lumajang yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penyusun  dalam menyelesaikan laporan ini.
4.      Bapak DN. Andriyanto, S.Kep. Ners selaku Kaur Diklat di RS. Bhayangkara Lumajang.
5.      Ibu Sumiyati, Amd. Kep. selaku Pembimbing Klinik di IRNA I dan koordinator Praktek Klinik Kebidanan 1 di RS. Bhayangkara Lumajang.
6.      Ibu Fika Wahyu Neri Hendri Amin, S. ST., MMKes. selaku koordinator Kurikulum dan dosen Pembimbing Akademik Akademi Kebidanan Sakinah di Lumajang.
7.      Semua Staf RS. Bhayangkara Lumajang yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini.
8.      Staf Akademi Kebidanan Sakinah Lumajang
9.      Orang tua yang telah memberi doa restu dalam  menyelesaikan laporan ini.
10.  Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.



Dengan selesainya laporan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun  mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terselesainya laporan ini.

Lumajang, Juli 2013


Penyusun

















DAFTAR ISI






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana mahasiswa melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data subjektif dan data objektif pada pasien dengan CKD?
2.      Bagaimana mahasiswa menganalisa data yang diperoleh?
3.      Bagaimana mahasiswa merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan CKD?
4.      Bagaimana mahasiswa membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan CKD?
5.      Bagaimana mahasiswa melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana?
6.      Bagaimana mahasiswa mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan?

1.3  TUJUAN
1.3.1        Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD.

1.3.2        Tujuan Khusus
1.    Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif dan data objektif pada pasien dengan CKD.
2.    Mampu menganalisa data yang diperoleh.
3.    Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan CKD.
4.    Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan CKD.
5.    Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.
6.    Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

1.4  MANFAAT
1.4.1 Penyusun
a.         Penyusun  dapat lebih memahami tentang cara-cara perawatan pada CKD.
b.         Penyusun dapat lebih memahami tentang bagaimana cara penulisan asuhan keperawatan dengan benar.

1.4.2  Institusi
Dapat mengukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi dan praktek di lapangan.

1.4.3 Lahan Praktek
Ikut berpastisipasi dalam dunia pendidikan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang profesional dan kompeten.


1.4.4 Pasien
a.         Memperoleh pengetahuan tentang kesehatannya melalui KIE yang dilakukan oleh para mahasiswa.
b.         Merasa terbantu dengan tindakan yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam merawat pasien.














BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626).
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun (Barbara C Long, 1996; 368).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun (Price, 1992; 812).
            Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah (Arif Muttaqin,2011; 166).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/ menit (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427).

2.2 ETIOLOGI
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal.
1.    Penyakit dari ginjal
a.         Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b.         Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c.         Batu ginjal : nefrolitiasis
d.         Kista di ginjal : polcystis kidney
e.         Trauma langsung pada ginjal
f.          Keganasan pada ginjal
g.         Sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
2.    Penyakit umum di luar ginjal
a.      Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b.      Dyslipidemia
c.      Infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
d.      Preeklamsi
e.      Obat-obatan
f.      Kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )   

2.3    PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu ( Barbara C Long, 1996, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
v   Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
v  Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
v  Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri (Price, 1992: 813-814).

2.4    MANIFESTASI KLINIK
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.       Sistem kardiovaskuler
v  Hipertensi
v  Pitting edema
v  Edema periorbital
v  Pembesaran vena leher
v  Friction sub pericardial
b.      Sistem Pulmoner
v  Krekel
v  Nafas dangkal
v  Kusmaull
v  Sputum kental dan liat
c.       Sistem gastrointestinal
v  Anoreksia, mual dan muntah
v  Perdarahan saluran GI
v  Ulserasi dan pardarahan mulut
v  Nafas berbau ammonia
d.      Sistem musculoskeletal
v  Kram otot
v  Kehilangan kekuatan otot
v  Fraktur tulang
e.       Sistem Integumen
v  Warna kulit abu-abu mengkilat
v  Pruritis
v  Kulit kering bersisik
v  Ekimosis
v  Kuku tipis dan rapuh
v  Rambut tipis dan kasar
f.       Sistem Reproduksi
v  Amenore
v  Atrofi testis
Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan sebagai penyebabnya.

2.5    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang  ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
h. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipai. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE yang menurun, HCOyang menurun, PCO2  yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
2. Radiology
          Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5.  EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

2.6    PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis) transplantasi ginjal.
            Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :
1.      Dialisis
   Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
2.      Koreksi hiperkalemi
   Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3.      Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.



4.      Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5.      Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6.      Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

2.7    TANDA DAN GEJALA
1.         Perubahan pada air seni. 
Pada saat terkena penyakit ginjal, maka urin bisa berubah karena ginjal merupakan organ eskresi urin.Orang yang terkena penyakit ginjal juga akan sering buang air kecil tengah malam.
        Urin akan berubah bentuk menjadi berbusa atau bergelembung, lalu urin akan menjadi pucat bahkan mengandung darah (hermaturi). Bila terkena penyakit batu ginjal, maka akan kesulitan untuk buang air kecil.
2.         Membengkak. 
Pada saat gagal ginjal, maka akan terjadi pembengkakan di pergelangan kaki, kaki, wajah, dan tangan karena ada cairan yang menumpuk dalam tubuh.
3.         Mudah lelah.
Hormon erythropoietin akan dihasilkan pada ginjal yang sehat yang berfungsi memberi tahu tubuh untuk membuat pembawa oksigen. Bila terkena gagal ginjal, maka hormon ini akan sedikit. Hal itu bisa menyebabkan pembawa oksigen dari sel darah merah ke otak dan otot menjadi semakin sedikit sehingga membuat tubuh cepat lelah. Kondisi ini sering dinamakan anemia.
4.         Ingin Muntah atau Mual.
Mual dan muntah dapat terjadi karena adanya penumpukan limbah pada darah (uremia). Lalu nafsu makan akan berkurang dan membuat berat badan menjadi turun.

5.         Sakit pada punggung. 
Untuk sebagian orang yang terkena penyakit ginjal mungkin akan merasakan sakit pada punggung bagian belakang. Ada gejala – gejala lain yang bisa muncul yaitu sebagai berikut : merasa dingin, sesak napas, ruam kulit/ gatal, rasa metalik mulut/ napas amonia, dan pusing.































   

BAB III
TINJAUAN KASUS
Data MRS
Hari/ tanggal                : sabtu/ 20 juli 2013
Jam                              : 11.45 WIB
No. Register                 :3565

3.1  PENGKAJIAN DATA
Hari/ tanggal         : minggu/ 21 Juli 2013
Jam                       : 08.00 WIB
Ruang                   : II E
Pengkaji                : Irma Afianti
A.     Data Subyektif
1.      Biodata
Identitas Pasien
Nama                    : Tn. “N”
Umur                    : 58 Tahun
Jenis Kelamin       : Laki- laki
Pekerjaan              : Wiraswasta
Agama                  : Islam
Alamat                  : Ds. Wonorejo- kencong
Suku Bangsa         : Jawa






Identitas Penanggung Jawab
Nama                                : Ny. “M”
Umur                                : 42 Tahun
Jenis Kelamin                   : Perempuan
Hubungan dengan pasien  : Istri
Agama                              : Islam
Suku Bangsa                     : Jawa
Alamat                              : Wonorejo- kencong

2.      Riwayat Keperawatan Keluarga
1)      Keluhan Utama
Ø  Keluhan saat MRS
Pasien mengatakan perutnya terasa sakit, mual dan muntah 10x sehari, rasanya seperti melilit dan semakin tidak nyaman saat diisi makanan, terjadi sejak kemarin.

Ø  Keluhan Saat Ini
Pasien mengatakan masih muntah > 5x sehari, tidak nyaman saat diisi makanan, biasanya muntah pada pagi atau siang hari.
2)      Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sekitar ± 1 bulan ini, sering merasa sakit perut dan pinggang, rasanya seperti ditusuk-tusuk, namun pasien hanya mengobati dengan obat yang dibeli di warung, karena 2 hari yang lalu pasien muntah-muntah ±10x dan keadaanya memburuk, akhirnya pasien oleh keluarga pada hari sabtu tepatnya, tanggal 20 juli 2013 dibawa ke RS Bhayangkara lumajang.
3)      Riwayat Penyakit Masa Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya, pasien hanya mengalami sakit perut biasa
4)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti, asma, kencing manis, darah tinggi, dan tidak ada yang menderita penyakit menular seperti, PMS, TBC, Hepatitis, dll. Serta tidak ada yang menderita penyakit menahun seperti jantung.

5)      Pola Fungsi Kesehatan
a.    Pola Persepsi Dan Tata Laksana Kesehatan
ü  Sebelum MRS
Pasien mengatakan bahwa apabila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas atau dokter, namun bila hanya sakit ringan hanya diobati dengan obat yang dibeli di warung.
ü  Selama MRS
Pasien mengatakan telah mendapatkan pengobatan khusus dan pasien beserta keluarga mau bekerja sama dengan baik setiap dilakukan tindakan medis maupun keperawatan.


























b.    Pola Kebiasaan Sehari- hari

No.
Kebutuhan
Sebelum MRS
Saat MRS
1.
Nutrisi
a.     Pola makan












b.     Pola Minum

Ø Frekuensi makan 3 x sehari
Ø Komposisi: Nasi,
Ø lauk, sayur.
Ø Porsi : Dihabiskan





Ø Minum air putih


Ø  - Air putih : 6 – 8   gelas per hari
-       Kopi 2 gelas per hari  

Ø Frekuensi    makan 1 x sehari
Ø Komposisi: nasi , lauk, sayur
Ø Porsi : 3- 4 sendok







Ø Minum air putih dan teh manis hangat

Ø - Air putih : 4- 5
 gelas per hari

-          Teh manis hangat: 1- 2 gelas/ hari

2.
Istirahat/ tidur
Ø Siang:  pasien megatakan jarang tidur karena harus bekerja


Ø Malam: ± 8 jam
Jam      : 21.00 -
               05.00 WIB
Ø Siang : 3 – 4 jam
Jam    : Tidak
            Teratur




Ø Malam : ± 6 jam
Jam      : tidak teratur pasien sering terbangun karena suasana rumah sakit yang ramai
           





No.
Kebutuhan
Sebelum MRS
Saat MRS
3.
Eliminasi
a.    BAK










b.    BAB

Ø  BAK: Normal 4  – 5 x/ hari
Ø  Warna    : Kuning
Ø  Konsistensi : Cair
Ø  Tidak ada gangguan
Ø  Bau : amonia

Ø   BAB 1 x/ hari
Ø  Warna : kuning
Ø  Konsistensi : lunak


Ø BAK : Normal 12 x/ hari
Ø Warna  : Kuning
Ø Konsistensi : Cair
Ø Tidak ada gangguan


Ø Bau : amonia

Ø BAB 1 x/ hari
Ø Warna : kuning
Ø Konsistensi : lunak

4
Aktifitas
a.    Gangguan dalam pergerakan



b.    Kegiatan sehari – hari

Ø  Pasien melakukan aktifitas di rumah tanpa ada gangguan.


Ø  Pasien mengatakan pasien  harus bekerja setiap hari

Ø Pasien tidak
mengalami kesulitan
dalam bergerak.




Ø Pasien istirahat atau hanya berbaring di tempat tidur.








No.
Kebutuhan
Sebelum MRS
Saat MRS
5.


Kebersihan
a.    Cara mandi




b.     Cara merawat gigi


c.    Cara merawat rambut

d.    Pakaian


Ø Mandi di kamar mandi 2 kali sehari.



Ø Gosok gigi dengan pasta gigi 2    kali sehari.
Ø Dengan shampoo 2 x seminggu

Ø Ganti pakaian tiap hari.


Ø Diseka di tempat tidur 2 x sehari oleh keluarga

Ø  Belum pernah gosok gigi.


Ø Belum pernah
      keramas.


Ø Ganti pakaian tiap hari.


c.    Pola sensori dan pengetahuan
Pasien mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
d.    Pola hubungan interpersonal dan peran
Pasien mengatakan hubungan antar pasien dengan anggota keluarganya sangat baik dan peran pasien dalam keluarga adalah sebagai kepala keluarga.
e.    Pola persepsi dan konsep diri (gambaran diri, ideal, identitas, harga diri dan peran)
Pasien mengatakan bahwa pasien masih sakit dan istirahat di tempat tidur.
f.     Pola reproduksi dan seksualitas
Pasien mengatakan bahwa ia telah menikah dan mempunyai 3 orang anak. Pasien mengatakan bahwa jarang melakukan hubungan suami istri.
g.    Pola manajemen koping- stress
Pasien mengatakan setiap ada masalah, selalu bercerita dengan istrinya.
h.    Sistem nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan selalu melaksanakan sholat 5 waktu.


B.     Data obyektif
1.      Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum    : cukup
2.      TTV
Tekanan Darah     : 160/ 90 mmHg
Nadi                      : 82 x/ menit
RR                                    : 18 x/ menit
Suhu                     : 37,2 0C
BB sebelum sakit  : 65 kg
BB saat sakit         : 62 kg
3.      Pemeriksaan Fisik
a.       Kepala
Inspeksi               : Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, rambut berwarna hitam,
                            Palpasi                :  Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
b.      Wajah
    Inspeksi             : Bentuk wajah oval, terkesan pucat, tidak sianosis
    Palpasi             : turgor kulit elastis (kembali dalam 1 detik)
c.       Mata
Inspeksi               : Simetris kanan dan kiri sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak
                                anemis.
Palpasi                  : Palpelbraw tidak oedema
d.      Hidung
Inspeksi                : Lubang hidung simetris kanan dan kiri, septum nasal tepat    berada ditengah, terkesan bersih, tidak ada sekret, tidak ada serumen
Palpasi                             : Tidak ada polip.
e.       Mulut
Inspeksi:
-          Mulut             : simetris atas dan bawah, mukosa bibir terkesan kering, tidak ada            stomatitis, derajat tonsil tepat berada di tengah.
-          Gusi               : tidak ada hiperemi dan hipertrofi.
-          Lidah             : tidak ada baslagh lidah.
-          Gigi                : tidak ada gigi karries dan gigi tanggal
f.       Telinga
Inspeksi               : Simetris kanan dan kiri, auricula terbentuk sempurna, tidak ada       sekret, terdapat sedikit serumen.
Auskultasi           : Tidak mengalami gangguan pendengaran.
g.       Leher
Inspeksi               :  Bersih, tidak ada lesi.
Palpasi                 : Terdapat nadi karotis, tidak ada hipertiroid, terdapat vena  jugularis, tidak ada bendungan vena jugularis.



h.      Dada
Inspeksi          : Bentuk dada datar
Palpasi                        : Vocal fremitus
                              +      +
                                       +       +
Auskultasi       : Tidak ada suara nafas tambahan seperti, whezing, ronchi, rales, dan stridor, pernafasan normal
Perkusi            : Sonor di daerah paru.
i.        Jantung
Inspeksi          : Ictus Cordis tidak tampak
Auskultasi      : S 1 dan S 2 tunggal   
 Perkusi           : Pekak       
j.        Abdomen       
Inspeksi          : Tidak ada luka bekas operasi, terkesan bersih
Palpasi                        : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Auskultasi      : Terdapat bising usus 8 x/ menit
Perkusi            :  Redup
k.      Ekstremitas Atas
Inspeksi          : Simetris kanan dan kiri, tidak ada varises, jari lengkap, tidak ada
                            polidaktile dan sindaktile, pergerakan normal, terpasang infus RL
                            pada tangan kiri, tidak oedema
Palpasi                        : Tidak oedema, akral teraba hangat
l.        Ekstremitas Bawah
Inspeksi          : Simetris kanan dan kiri, tidak ada varises, jari lengkap, tidak ada
                         polidaktile dan sindaktile, pergerakan normal, tidak oedema,
                           
Palpasi                        : Tidak oedema, akral teraba hangat


m.    Genetalia dan daerah sekitar
Jenis kelamin laki- laki dan tidak dilakukan pengkajian.
n.      Pemeriksaan Neurologi
Kesadaran       : compos mentis
GCS                : 4 5 6
Ket                  :  Eye               :  4       Respon membuka mata
                          Verbal           :  5       Orientasi baik
                          Motorik         :  6       Mengikuti perintah
o.      Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kekuatan otot
5          5
                   5          5
                      Ket : dapat menahan dan mendorong


4.      Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin
LED
Leocosyt
Ertrosyt
Hitung jenis
Granulosyt
Lymposyt
Monosyt
Trombosyt
PCV
SGOT
SGPT
Creatinin

Ureum (Bun)
Urin – Acid

Glukose Acak
Cholesterol
Tri Gliserida
HDL Cholesterol
LDL Cholesterol
Elektrolit
K
Na
Cl

17,8
-
12.600
6.890.000

72
21
7
479.000
58,1
17
21
0,67

11
4,9

137
201
115
45
141

3, 37
140, 6
109,3

1k 13,5 – 18,5 Pr 11,5 – 16,5 gr%
1k < 15 / jam Pr < 20 / jam
4.000 – 11.000 / mm3
1k 3,9 – 6,5 Juta

43,0 – 36,0 %
25 – 155
3 – 7
150.000 – 450.000 / mm3
36 – 54 %
(Lk< 37ul) (Pr<31 ul)
(lk < 40 ul) (Pr ≤ 31 ul)
(lk 0,6 – 1,1 mg / dl)
(Pr 0,5- 0,9 mg/ dl)
(5 – 23 mg / dl)
(lk 3,4 – 7,0 mg / dl)
(Pr 2,4 – 5,7 mg / dl)
(70 – 140 mg / dl)
(< 200 mg / dl)
(< 200 mg / dl)
(> 35 mg / dl)
(< 150 mg / dl)

3,48- 5,50 mmol/ lt
135,4- 145,0 mmol/ Lt
96,0- 106,0 mmol/ Lt




3.2 ANALISA DATA

No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
Ds:   Pasien mengatakan masih muntah, frekuensi 5 x sehari, tidak nyaman saat diisi makanan

Do:   - Keadaan Umum: cukup
-   TTV:
TD: 160/ 90 mmHg
N  : 82 x/ menit
S  : 37,2 0C
RR: 18 x/ menit
-   Hb: 17,8
-   Muntah  ± 5 x sehari
-   Wajah terkesan pucat
-   Mukosa bibir kering
-   Frekiuensi makan 1 x/ hari
-   Porsi 3- 4 sendok
-   BB saat sakit 62 kg
Anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1.      Diagnosa medis
CKD ( gagal ginjal)
2.      Diagnosa keperawatan
1)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
3.      Penatalaksanaan terapi
1)      Infus D5 : RL       1 : 1
1.000 cc/ 24 jam 12 Tpm
2)      Injeksi
Invomit     2 x 8 mg
Acran        2 x 25 mg
Tomit        2 x 5 mg
Farsix        2 x 10 mg
3)      Tranfusi darah PRC 2 kolf/ hari

3.4         IMPLEMENTASI

Tanggal
Jam
No. Dx
Implementasi
21 Juli 2013
08.00 WIB
1








1





1
1.    BHSP
2.    Observasi TTV
-  TD: 160/ 90 mmHg
-  N  : 82 x/ menit
-  S  : 37, 2 0C
-  RR: 18 x/ menit
3.    Menjelaskan pentingnya nutrisi pada pasien dan keluarga
Nutisi penting untuk:
-       Menambah tenaga bagi tubuh, sehingga akan membantu untuk memulihkan keadaan pasien
-       Agar pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya

1.     Kolaborasi dengan tim medis
Injeksi : Invomit  8 mg
              Acran     25 mg
              Tomit     5 mg
Infus : D5 12 Tpm

1.    Kolaborasi dengan tim gizi
Diit  TKTP
2.    Menganjurkan pasien makan dalam porsi kecil tapi sering





3.5         EVALUASI

Tanggal
Jam
No. Dx
Evaluasi
21 Juli 2013

14.00 WIB
1
S:   Pasien mengatakan frekuensi muntah berkurang, pasien muntah 2 x, pasien mau makan sesuai anjuran
O: - Observasi TTV
TD : 160/ 100 mmHg
 : 82 x/ menit
  : 36,3 0C
RR : 20 x/ menit
-   Keadaan Umum: cukup
-   Wajah tidak pucat
-   Mukosa bibir lembab
-   Muntah 2 x
-   Frekuensi makan 2 x sehari
-   Porsi dihabiskan ½ porsi

A: Masalah teratasi sebagian
P:  Lanjutkan intervensi:
-       Kaji atau timbang BB pasien
-       Kolaborasi dengn tim medis dan tim gizi

 







BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah mempelajari dan memahami tentang teori dan praktik di lapangan, penyusun dapat menemukan kesenjangan yang terjadi, diantaranya:
1.      Pengobatan dan terapi
Dalam teori pelaksanaan terapi paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan penunjang seperti USG, EKG, IIntra Vena Pielografi (IVP), radiology, pemeriksaan laboratorium dan berbagai pemeriksaan penunjang lainnya seperti dialisis, koreksi hiperkalemi, koreksi anemia, koreksi asidosis, pengendalian hipertensi dan transplantasi ginjal.
Sedangkan dalam praktik selain melakukan pemeriksaan penunjang seperti EKG dan pemeriksaan laboratorium juga melakukan terapi dengan pemberian obat-obatan yaitu:
1)         Infus D5 : RL 1 : 1
        1.000 cc/ 24 jam 12 Tpm
2)         Injeksi
Invomit            2 x 8 mg
Acran   2 x 25 mg
Tomit   2 x 5 mg
Farsix   2 x 10 mg
3)         Tranfusi darah PRC 2 kolf/ hari











BAB V
PENUTUP

5.1              KESIMPULAN
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. S umur 58 tahun dengan CKD, didapatkan kesimpulan dengan diagnosa:
1)        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
           Dari diagnosa pertama didapatkan data dari pasien yaitu, pasien mengatakan masih muntah, frekuensi 5 x sehari, rasanya semakin tidak nyaman saat diisi makanan, sedangkan data yang didapatkan dari pemeriksaan yaitu keadaan umum pasien cukup, TTV dengan hasil tekanan darah 160/ 90 mmHg, nadi 82 x/ menit, suhu 37,2 OC, pernafasan 18 x/ menit, pemeriksaan hemoglobin 17,8, muntah ± 5 x sehari, wajah pasien terkesan pucat, mukosa bibir kering, frekuensi makan 1 x/ hari dengan porsi 3- 4 sendok, berat badan saat ini 62 kg
            Dari data yang didapatkan saat melakukan Asuhan Keperawatan dapat disimpulkan bahwa Tn. S umur 58 tahun benar-benar menderita CKD.

5.2              SARAN
5.2.1        Penyusun
Tentu dalam laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari kualitas maupun kuantitas, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dan semoga laporan ini dapat memberi  manfaat bagi para pembaca.
5.2.2        Institusi
Peran institusi dalam pembuatan laporan ini juga sangat berperan penting. Dimana bimbingan yang telah diberikan membuat penyusun mengerti tentang bagaimana cara penyusunan asuhan keperawatan dengan benar. Saran untuk institusi adalah untuk lebih baik dalam membimbing anak didiknya agar menjadi lebih baik lagi.


5.2.3        Lahan Praktek
Selain peran institusi, peran lahan praktik dalam penyelesaian laporan ini juga sangat penting. Dimana bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penyusun membuat penyusun mempunyai banyak pengetahuan baru. Namun, dalam memberikan bimbingan terkadang sangat sulit karena terhalangnya kesibukan para pembimbing dan sempitnya waktu yang ada, sehingga bimbingan yang diberikan kepada para mahasiswa kurang maksimal.
5.2.4        Pasien
Peran terpenting dalam terselesainya laporan ini tentunya adalah pasien. Tanpa adanya pasien tentu laporan ini tidak akan menjadi sebuah laporan. Saran untuk pasien yang ingin penyusun  sampaikan hanyalah sebatas agar pasien dapat lebih kooperatif dengan penyusun, agar hubungan antara pasien dengan penyusun dapat terjalin lebih baik lagi, sehingga penyusun dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal.

















DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000) . Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http//www.google.com/askepCKD.



Comments

Popular posts from this blog

SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN ) KANKER SERVIKS ( LEHER RAHIM)

SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHA N ) KANKER SERVIKS ( LEHER RAHIM) Disusun Untuk Memenuhi TugasPraktekKomunitas                                          DusunKrajan- DesaBades Pasirian- Lumajang   DISUSUN OLEH: NAMA      : IRMA AFIANTI NIM          : 104.12.072 AKADEMI KEBIDANAN SAKINAH PASURUAN DI KABUPATEN LUMAJANG Jl. Citarum, Suko – Jogoyudan Telp. 085334812313 – 085334812314 Tahun Akademik 2014/ 2015 KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan  makalah  ini. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktek Komunitas di desaBadesKecamatanPasirian. Penulis merasa bahwa dalam menyusun makalah  ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu p

ASUHAN KEPERAWATAN ABDOMINAL PAIN + APENDISITIS

                               ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “U” UMUR 47 TAHUN DENGAN ABDOMINAL PAIN + APENDISITIS DI RUANG MELATI 2 RS. BHAYANGKA LUMAJANG PERIODE 23 JUNI – 29 JUNI 2013 Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan I                Pembimbing Klinik       : DN. Andrianto, S. Kep. Ners. Pembimbing Akademik : Fika Wahyu Neri, S. ST., MMKes.